Batam, intuisi.net – Sebuah perahu pompong (long boat) yang mengangkut 13 anggota tim sepak bola dari Pulau Nenek tenggelam di Perairan Selat Nenek, Kota Batam, Kepulauan Riau, pada Rabu sore, 25 Juni 2025, sekitar pukul 16.00 WIB. Peristiwa nahas ini terjadi ketika rombongan sedang dalam perjalanan menuju Pulau Setokok untuk mengikuti pertandingan sepak bola. Kapal yang mereka tumpangi dihantam gelombang tinggi hingga terbalik di koordinat 00°54’38” LU dan 104°01’47” BT, sekitar 26 kilometer dari Pos SAR Batam.
Menurut laporan dari Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Tanjungpinang, Fazzli, dari total 13 penumpang, 11 orang telah berhasil ditemukan dalam kondisi selamat, sementara dua penumpang lainnya, yang diidentifikasi sebagai Fir dan Pai, masih dalam pencarian intensif hingga Kamis, 26 Juni 2025. Enam korban pertama, yaitu Rahel, Fery, Rico, Boge, Rehan, dan Andika, ditemukan selamat oleh warga di Perairan Setokok sekitar pukul 16.30 WIB. Selanjutnya, empat korban lainnya, Tepok, Damar, Maher, dan Amirul, ditemukan terapung bersama badan kapal yang terbalik pada pukul 21.03 WIB. Satu korban tambahan, Papat, ditemukan selamat di pesisir Pulau Luing pada pukul 21.20 WIB.
Operasi pencarian melibatkan tim SAR gabungan dari Basarnas Tanjungpinang, Polairud Polda Kepri, Polairud Polresta Barelang, Pos AL Kertang, BP Batam, Polsek Bulang, perangkat Desa Setokok, dan masyarakat setempat. Pencarian didukung oleh peralatan seperti Rescue Car Type II, perahu karet, drone thermal, alat pendeteksi bawah air (Aquaeye), dan Rescue Boat 209. Namun, upaya pencarian terkendala oleh kondisi cuaca berawan, hujan ringan, angin tenggara dengan kecepatan 8-12 knot, serta gelombang laut setinggi 0,5 hingga 1 meter.
Kedalaman Laut di Sekitar Pulau Batam
Perairan Selat Nenek, yang terletak di antara Pulau Nenek dan Pulau Setokok, memiliki kedalaman laut yang bervariasi. Berdasarkan data hidrografi, kedalaman laut di wilayah ini umumnya berkisar antara 10 hingga 30 meter, dengan beberapa titik yang lebih dangkal di dekat pesisir pulau-pulau kecil. Arus laut yang kuat dan gelombang yang dipengaruhi angin musiman menjadi tantangan tambahan di perairan ini, terutama bagi perahu tradisional seperti pompong. Kondisi ini diduga menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan, selain cuaca buruk yang melanda saat kejadian.
Kepala Basarnas Tanjungpinang, Fazzli, menyatakan bahwa pencarian akan terus dilakukan dengan fokus pada radius 176 mil laut di sekitar Selat Nenek, berdasarkan prediksi pergerakan arus. “Kami akan melanjutkan operasi pencarian pagi ini dengan mengerahkan Rescue Boat 209 dan peralatan pendukung lainnya. Kami berharap dua korban yang masih hilang dapat segera ditemukan dalam kondisi selamat,” ujar Fazzli.
Pihak berwenang mengimbau masyarakat, khususnya yang menggunakan transportasi laut tradisional, untuk selalu memperhatikan prakiraan cuaca dan memastikan kelayakan kapal sebelum berlayar. Tragedi ini menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan maritim di perairan Kepulauan Riau yang dikenal memiliki dinamika cuaca yang cukup ekstrem.
hubungi: http://bakamla.go.id