Presiden TRUMP VS ELON MUSK,

Persahabatan yang kandas di Tengah Pertarungan Politik dan Kekuasaan

Washington, D.C., intuisi.net – Hubungan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan miliarder teknologi Elon Musk, yang pernah digadang-gadang sebagai aliansi politik terkuat, kini telah berubah menjadi konflik terbuka yang mengguncang panggung politik dan media sosial. Perseteruan ini, yang dipicu oleh perbedaan pendapat mengenai rancangan undang-undang pajak dan belanja Trump yang kontroversial, telah mencapai puncaknya dengan saling serang di platform media sosial dan ancaman serius dari kedua belah pihak.

Awal Mula Konflik: “One Big Beautiful Bill” Jadi Pemicu

Perselisihan dimulai ketika Musk, mantan kepala Department of Government Efficiency (DOGE), secara terbuka menyebut rancangan undang-undang pajak dan belanja Trump, yang dikenal sebagai “One Big Beautiful Bill,” sebagai “abominasi menjijikkan.” RUU ini, yang memperpanjang pemotongan pajak tahun 2017, meningkatkan belanja militer dan keamanan perbatasan, diproyeksikan menambah defisit nasional sebesar $2,4 triliun dalam satu dekade, menurut Congressional Budget Office. Musk, yang dikenal vokal tentang efisiensi anggaran, mengecam RUU tersebut karena dianggap melemahkan upayanya memangkas pemborosan pemerintah.

Trump, yang awalnya memuji Musk sebagai “salah satu pemimpin bisnis terhebat di dunia,” membalas dengan keras. Dalam wawancara dengan ABC News, Trump menyebut Musk “telah kehilangan akal sehatnya” dan mengaku “tidak tertarik” untuk mendamaikan hubungan mereka. Ia bahkan mengancam akan membatalkan kontrak pemerintah dengan perusahaan Musk seperti SpaceX dan Tesla, yang bernilai miliaran dolar, sebagai bentuk retribusi.

Eskalasi di Media Sosial: Dari Sindiran hingga Ancaman

Konflik ini memanas di platform media sosial, khususnya X dan Truth Social. Musk memulai serangan dengan membagikan kembali postingan lama Trump dari tahun 2013 yang mengkritik defisit anggaran AS, menyinggung inkonsistensi Trump. Ia juga menyinggung spekulasi tentang keterlibatan Trump dalam dokumen Jeffrey Epstein, meskipun tanpa bukti konkret, dan bahkan mengusulkan pembentukan partai politik baru untuk menyaingi sistem dua partai.

Sebagai balasan, Trump menyebut Musk “tidak menghormati jabatan presiden” dan mengklaim bahwa Musk “kecewa dan patah hati” setelah diminta meninggalkan Gedung Putih. Trump juga mengancam “konsekuensi serius” jika Musk mendanai kandidat Demokrat yang menentang pendukung RUU tersebut. Dalam wawancara dengan NBC News, Trump menyatakan hubungannya dengan Musk “sudah berakhir,” menegaskan bahwa ia tidak berniat berdamai.

Dampak Politik dan Ekonomi

Perseteruan ini memiliki implikasi besar. Musk, yang menyumbang hampir $300 juta untuk kampanye Trump pada 2024, pernah menjadi sekutu dekat dan bahkan menghadiri acara bersama Trump, seperti UFC 314 di Miami. Kini, ancaman Trump untuk membatalkan kontrak SpaceX berpotensi mengganggu akses NASA ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), mengingat ketergantungan pemerintah AS pada kapsul Dragon milik SpaceX.

Di sisi lain, Musk mendapat dukungan dari beberapa senator Republik konservatif seperti Rand Paul, yang setuju bahwa RUU tersebut memperburuk defisit. Bahkan Chuck Schumer, pemimpin minoritas Senat dari Demokrat, secara mengejutkan menyatakan dukungannya terhadap kritik Musk, meskipun dengan motif politik yang jelas. Sementara itu, beberapa sekutu Trump, termasuk mantan penasihat Steve Bannon, mendorong pembatalan kontrak Musk, memperkeruh situasi.

Reaksi Publik dan Spekulasi Masa Depan

Perseteruan ini telah memicu gelombang reaksi di X, dengan pendukung Trump dan Musk terpecah. Beberapa pengguna X menyebut Musk “ingin menjadi presiden sendiri,” sementara yang lain mengecam Trump karena dianggap menyalahgunakan kekuasaan untuk menyerang mantan sekutunya. Ada pula spekulasi bahwa Demokrat berupaya “menggaet kembali” Musk, dengan Anthony Scaramucci, mantan direktur komunikasi Gedung Putih, menyarankan agar partai tersebut memanfaatkan konflik ini.

Namun, beberapa pihak, termasuk ayah Musk, Errol Musk, dan anggota DPR Republik Jimmy Patronis, meyakini konflik ini akan mereda. Errol menyebut putranya “stres” dan membuat “kesalahan,” sementara Patronis meragukan Musk akan benar-benar membentuk partai baru.

Momen Bersejarah yang Mengguncang

Dari persahabatan yang erat menjadi permusuhan terbuka, perseteruan Trump-Musk menjadi cerminan dinamika kekuasaan, ego, dan kepentingan di panggung politik AS. Dengan Trump yang kukuh mendorong RUU-nya dan Musk yang tak gentar melawan, dunia menyaksikan dua tokoh paling berpengaruh ini saling berhadapan dalam pertarungan yang belum menunjukkan tanda-tanda reda

 

Writer: IndEditor: Hrp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *